Selasa, 24 Desember 2013

Cintaku (Tak) Semulus Paha Ceribel 6

“ Ros, kamu sebenarnya kenapa? Apa aku ada buat salah ya tadi ke kamu?” aku bertanya dengan setengah meyakinkan diriku sendiri. Aku butuh jawabannya sekarang. Apa yang ada di balik kesedihannya.
“hmm...” Ros, terlihat menarik nafasnya dalam dalam, sebelum melanjutkan pembicaraan tadi.

“Kamu ingat Andi? Ketua basket SMA kita kemarin? Taman itu tadi, tepatnya Cemara Asri, adalah saksi putusnya hubunganku dengan Andi. Dia sedikit sama sepertimu, tidak percaya dengan hal hal gaib. Dia sering kali mengajakku untuk duduk di sekitar pohon beringin itu. Bukan sering, tapi, tiap kali kami kesana, kami selalu duduk disitu, kami menghiraukan semua tatapan mata yang mengarah tajam kepada kami.”
“ Teh botolnya sambil diminum, ros. Entar didatengin lalat loh” candaku, yang mungkin tidak tepat waktu, justru sedikit membuat rose mengetatkan wajahnya.
“Hehehe, maap deh, maap. Yauda, kamu lanjutin ceritanya”
“Tepat ketika kita masuk di bangku perkuliahan, dia mengajakku ketemuan di taman itu. Tanpa sedikit pun rasa curiga, aku datang ke tempat kami biasa bertemu. Entah waktu itu ada angin apa, Andi mengucapkan hal yang sangat tidak kuduga. Dia memutuskan aku, dia memutuskan tali percintaan kami. Alasannya, hanya karena dia mau melanjut kuliah di luar kota dan dia ga bisa LDR-an. Aku gatau mau berkata apa, aku juga gabisa berbuat apa apa. Ini adalah keputusan bulat yang telah diambil olehnya. Sejak saat itu, aku berjanji tidak akan menginjakkan kaki ku lagi ke taman itu, ke danau itu, ke pohon itu. Tapi, kejadian tadi, membuat aku mengingat semua kejadian itu. Aku masih sayang dia. Aku masih berharap, kelak, dia akan kembali kepadaku. Kapanpun itu.”
Perlahan, air mata yang menetes membasahi pipi mungil itu ku hela. Sekarang aku mengerti kenapa ros menjadi sangat sedih. Kesedihan yang seolah olah datang dengan kuatnya, angin yang sangat kencang menghembuskan kumpulan kumpulan masa lalu yang tergantung tinggi, tidak terjatuh, tapi hanya tergoyang, menandakan bahwa masih ada hal yang belum hilang untuk selamanya.
“ Maaf, ros. Aku sama sekali ga tau dan aku ga ada niat buat bikin kamu jadi kek gini.” Aku berusaha meyakinkan ros kalau semua akan baik baik saja. Di lain hal, aku merasa sangat bersalah dengan semua kejadian ini. Hal yang sangat ingin ku utarakan kepada ros, ku urungkan. Ya, lebih baik perasaan ini kusimpan saja, lebih baik aku memendamnya asal dia bisa selalu di dekat ku, ketimbang dia harus pergi jauh saat tahu yang sebenarnya ku rasakan.
Andi.. Andi.. Andi..
Ha, dapet nih nomernya.
Ternyata, buku  tahunan yang di buat oleh sekolah kami dulu bermanfaat juga dalam keadaan seperti ini. Perlahan ku bolak balik setiap lembar buku bersampulkan coklat itu. Sambil sesekali senyum ku menyeringai kala mengingat masa masa SMA ku dulu. Sampai akhirnya aku menemukan apa yang aku cari. Ya, biodata Andi.

            Selamat sore,
            Apa benar ini nomernya Andi,
            Alumni SMA 3 ?

Ku ketikkan kata kata itu di layar Handphone ku yang udah tua ini, HP yang selalu setia menemani ku dimana pun aku berada.

            Benar, saya Andi
            Ini dengan siapa?

“ Halo, apa benar ini Andi?” tanyaku, yang langsung menghubunginya setelah mendapat balasan SMS tadi.
“ Iya, benar saya Andi. Maaf, ini dengan siapa?” suara dari sebrang telepon membuat aku yakin kalau ini bener Andi yang ros maksud. Memang, aku tidak terlalu suka bergaul dengan anak anak basket SMA kami duliu, tapi, karena Andi adalah pacar dari ros ketika SMA, maka sedikit banyak aku mengenal pria yang satu ini.
“ Ini aku, Ari, ndi. Kamu masih ingat gak? Temen satu SMA kamu”
“ Oh, iya, ada apa ri? Tumben kamu nelpon siang siang gini, emang gak kuliah ya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar