Perubahan sikap rose benar benar membuat
gw cukup bingung. Gw juga belum tau apa yang membuat dia bisa mendadak sedih
setengah shock seperti tadi. Dilain sisi,
gw belum berani buat nanya yang sebenarnya terjadi dengan dia. Salah salah,
yang ada entar dia makin sedih atau malah makin ga mood, yang ada gw nya repot entar.
Perlahan, gw arahkan motor gw menuju
rumah Toni yang udah ga gitu jauh dari taman tadi. Kalo gw hitung hitung,
kurang lebih 20 menitan lah. Sampai di rumah Toni, gw langsung ngekor di
belakang rose yang udah turun tanpa ngeomong sepatah katapun ke gw. Aneh, dia
langsung nyalam sepupunya Toni, Toni then,
dia langsung pergi keluar rumah. Ah, mungkin dia butuh waktu sendiri untuk
menenangkan pikirannya. Atau apa mungkin dia emang benar benar pengen cepat
cepat pulang? Setidaknya gw membiarkan dia sendirian dulu untuk beberapa waktu,
sembari gw sedikit cerita cerita dengan Toni.
“ Rose, kamu kenapa?”
“ Aku ga kenapa kenapa kok, ri. Kita langsung
pulang yuk”
Sembab, terlihat jelas di matanya. Gw
yakin, sedari tadi rose menangis sendirian di sini. Gw ga hiraukan itu lagi,
waktu masih menunjukkan pukul 18.15 WIB. Total, kami hanya 15 menit menghadiri
acara yang diadakan keluarga Toni tersebut. Gw menyalakan motor gw dan menyuruh
rose untuk naik ke motor gw.
Perlahan kami berjalan menyusuri
dinginnya kota Medan yang kala itu memang baru saja diguyur hujan. Diam, tanpa
sepatah katapun, kami menyusuri dinginnya kota Medan kala itu. Dingin yang
menusuk membuat rose tanpa sadar menguatakan pelukannya di boncengan motor ku.
Ku pegang erat tangan rose yang melingkar di pinggang ku. Seakan aku ikut
merasakan kesedihannya yang aku sendiri masih gak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ku arahkan motor ku menuju salah satu
tempat makan favorit ku, bukan sebuah cafe
ataupun restoran berbintang, hanya sebuah tempat makan yang berada di pinggir
jalan, dengan segudang pengamen yang setia menemani setiap pelanggan yang makan
di sana.
“ Kamu laper ga, rose?” ku beranikan
diri untuk bertanya, setelah hampir setengah jam di perjalanan kami saling
berdiam diri.
“ Belum terlalu sih. Tapi kalau kamu mau
makan, aku ikut aja. Ntar aku minum aja.”
Jawaban rose membuat aku sedikit
mempercepat laju motor ku menuju tempat makan yang aku sebutkan tadi. Momen ini
mungkin bisa aku manfaatkan untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan
rose. Ya, gw harus tau dan harus nanya,
sebelum semua semakin ribet dan gw makin bingung dengan ini.
“ Rose, kita udah sampai nih.” Seraya gw
ngelepasin helm yang gw pakai dan
mengunci motor gw dengan kunci tambahan. Perlahan rose turun dan langsung
menuju ke tempat makan tersebut. Lesehan, tempat yang dipilihnya. Memang sih,
lesehan terasa lebih santai untuk keadaan kali ini. Mungkin bisa sedikit lebih
membantu mendamaikan isi hati. Seraya gw memesan makanan dan minuman untuk
kami. Gw memperhatikan rose dari kejauhan. Dia hanya diam, dan pandangan mata
yang kosong itu, sungguh membuat gw bingung dan terus bertanya tanya apa yang
sebenarnya trerjadi. Ah, lagi lagi air
matanya mengalir membasahi kedua pipinya. Gw langsung membawa pesanan
menuju meja tempat rose duduk.
“ Hey, ini pesenannya udah selesai.”
“Oh, iya, makasih ya, ri udah dipesenin”
rose menjawab dengan sedikit terkejut dengan kedatangan gw. Terlihat jelas dia
menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Gw ga mau menunggu lebih lama
lagi. Gw harus nanyain yang sebenarnya, kenapa dia bisa sampai sesedih itu
setelah gw bawa ke taman tadi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar